Catatan Kaki Sang Anak Rantauan
Ingin ku memberontak, tapi apa???
Semakin ku memberontak dan menjerit, semakin aku terlelap dalam buaian manjanya. Ahh.. Aku hanya manusia biasa. Aku tak seperti seorang dewa, yang bisa terbang dengan sayap purnanya. Lebih satu jam sudah aku terpaku membatu. Duduk diam dan merenung menatap pekat cakrawala tak berbintang. Hujan seperti mengerti dengan suasana hatiku, kini ku teringat dengan sebuah rangkaian kata yang pernah ku tulis lima tahun yang silam
"Sesal"
Kata manismu berjibaku dengan harap
memberi ketenangan jiwa
di antara harap yang meminta
Lukisan kaki menapaki
ketinggian hatimu yang kau miliki
tanpa henti
Ambang batas kesadaran
menyelimuti perasaan benci
kala semu keinginan hati
pecah menjadi sebuah elegi
kala semua janji hanya menjadi
seuntai kata mati tak berarti
Kala semua kesungguhan hati, hanya menjadi
sesayat luka hati
Apa sebab ku jadi teringat puisi ini sungguh ku tak tahu. Ia terbersit begitu saja dalam fikiran. Mungkin aku kalut atau karena deraan masalah yang saat ini begitu berat tuk terpecahkan oleh ku. Tak banyak yang mengerti, dan memang aku tak ingin menjadikan beban bagi orang lain apapun yang saat ini ku alami. Aku tak ingin ada yang menjadi pelampiasan amarahku. AKu lebih baik diam, walaupun aku semakin legam dalam kepayahanku. untuk tertawa, aku bisa saja. Tapi tak lepas sebebas burung yang beterbangan di luar sana. Saat-saat ini hanya pada Tuhan ku berserah. Bukannya aku tak percaya dengan kalian, tapi karena sifat liarku ini, bisa menjadi luka bagi kalian. Ku pikir, biar kalian mengerti dengan posisiku. Aku sudah jengah. Sudah cukup aku tersiksa, jangan ada lagi orang yang tersiksa dengan ini semua.
Sumber Gambar: www.boombastis.com
Post a Comment for "Catatan Kaki Sang Anak Rantauan"
Post a Comment