Puisi



Kini
Tak ada gunanya berteriak, toh mereka semua menutup telinga
Tak ada gunanya berlakon, toh mereka semua memejamkan mata,
Tak ada guna, lebih baik diam membelah malam
Kau tahu, kini semua itu hanya seperti sebuah permakluman
Segala khilaf itu tergurat seperti debu di dinding yang luruh disepuh embun
Pintu-pintu janji yang pernah terbuka oleh tangan-tangan dingin dengan berjuta impian, hanya menjadi seonggok air liur yang terendap mengering di ingatan

Kini
Tak ada makna yg bisa teruntai, jikalau mulut hanya terus berkata-kata
Tak ada guna berbuat, jika semua jijik menerimanya
Aneh memang, tapi dunia sudah merebut kembali peranannya
Tapi tak mengapa, AKU, KAMU, DIA, MEREKA, ataupun siapa saja yg masih bernafas tentu sadar akan yang HAQ?
Dunia memang sudah terlalu banyak mencipta anagram, 
mencoba mengingatkan kita akan suara-suara hati yang selalu berbisik lirih.

Entahlah, atau Enyahlah..
Tak renyah, dan kecut untuk menerima permakluman dunia.
Cemoohan yg mengalir amat indah di telinga, sehingga gendang telinga pun mendengung sangat
Hanyasanya, tak ada keraguan untuk terus berjalan.
Masih ada satu pintu untuk mencari jalan keluar
Tuhan tak pernah berhenti dgn kuasaNya.

#orat_oret_subuh

19 November 2013

Post a Comment for "Puisi"