Diam Bergejolak


Diam Bergejolak
Sumber Gambar: www.mxmindia.com

Mobil yang ku tumpangi ini melaju dengan kencang. Rumah-rumah di samping jalan kini seperti terlihat berlari, walaupun pada kenyataannya ia tetap berdiam diri dengan kokoh di bumi. Dari jendela yang retak kacanya ini kunikmati pemandangan sekitarku. Kulihat teman ku yang duduk di kiri ku memainkan penanya merangkai kata-kata. 
Kata-kata yang ditulisnya seperti ini;

"Aku hanyalah orang yang teramat kecil, aku bukanlah orang yang hebat, egoku kadang melebihi batas sadarku. Tapi percayalah, aku bukan orang yang membelenggumu dengan sinaran rembulan yang memayung ungu di langit kita, aku tak mengikatmu dengan gugusan-gugusan gemintang yang berkelip dengan riang, bahkan aku tak pernah sedikitpun mencoba mengirim cahaya sang surya utk memenjarakanmu. Tapi entah mengapa, kau menyudutkan aku di kala aku ingin menjadi diriku. Mulutku tak kau biarkan terbuka ketika aku ingin bicara. Apa yang merasuki mu ketika aku ingin melangkah menjadi jiwa baru. Aku tak ingin berdebat lebih jauh denganmu. Aku takut, aku sungguh sangat takut kau membekukan aku di dalam mega-mega kefanaan"

Sejenak aku terdiam, mencoba menarik nafas panjang. Mencoba mencerna apa yang sedang dituliskannya. Sekilas terlihat seolah ada perdebatan yang terjadi antara dirinya dengan orang lain. Tapi siapa? Aku tak berani menanyakannya.

Jujur, kuakui dia memang hebat. Kata-kata yang disandingkannya begitu terlihat abstrak. Andai saja aku sepandai dia, aku ingin menuliskan semua prolog maupun epilog  drama hidupku di dalam tulisan-tulisan. 

Aku kembali menatap ke luar. yang  kami lalui kini hanyalah pohon-pohon yang membentuk hutan belantara. Sesekali terlihat cahaya matahari senja menusuk ke mataku menerobos dedaunan. Mataku kini mulai terasa berat. Saat Kulihat kesampingku, dia rupanya sudah terlarut dalam dunia mimpinya dengan pena dan buku kecilnya. Akhirnya, aku juga mencoba melepaskan lelahku.

Ditulis 5 Oktober 2013


Post a Comment for "Diam Bergejolak"