Tulisan Sederhana, Orat-oret Tak Beraturan
"Entah harus dari mana mengayunkan pena ini untuk menggurat tinta pada lembar kertas kosong ini menjadi sebuah cerita. Ada ide yang bercipratan di pikiran yang bertentangan dengan aturan, bahkan bukan hanya dari akal ia meranggas, pun hati seolah berbicara untuk bisa menuliskannya. Lantas, apakah gelap sudah berubah menjadi terang. Tidak, pandangan yang terlihat masih jauh dari abu-abu, bahkan cenderung hitam. Alurnya masih mendekat pada pekat, hingga cerita ini belum bisa dan juga pantas ditulis meski dalam paparan yang sangat singkat. Terang masih terlalu jauh di depan dan nalar masih belum bisa menyingkap cerita itu yang nyatanya masih terperangkap."

"Prahara meneduh sejenak setelah awan-awan pekat menyepuh cahaya-cahaya kecil di ladang bintang yaitu angkasa. Namun kini kesunyian meliputi segala sudut mayapada. Hanya ricik-ricik tetesan embun yang membulat berdendang sesekali menimpa atap dari gubuk ini. Malam yang semakin meradang menjurubahasakan bahasa hati yang diam dalam damai. Mata ini pun mencoba memejam dan menjelajah sahara dunia alam tak sadar. Alam ini begitu sejuk dan menenangkan, hingga akhirnya segenap kesadaran berlalu, terbalut dalam bias hening yang bisu."
Ditulis 13 Juli 2017
"Tentang risalah sebuah sunyi, aku coba belajar pada ranum kuntum sakura di dekapan pangkuan seorang perempuan, dan lalu menuliskan do'a di kelopak matanya nan membuih butir-butir bening. Biarkanlah, jangan kau usap do'a-do'a keciku ini seakan ia tak pudar dalam rantai zaman. Biarkan ia memancar benderang bagai cahaya melesatkan segala pintaku untukmu.
Untukmu Bunda"
"Mungkin hal itu tak kan lama lagi terjadi, sang pejalan kaki yang berhenti kembali berlari dengan kecepatan tanpa terduga, hingga ia akan hilang dalam sekejap, bahkan lenyap juga dalam ingatan. Baginya tak ada tempat perhentian yang meleburkan keluh kesahnya. Ia kembali menyatu bersama malam yang hitam legam. Memang, sepertinya ia tak pantas untuk menjadi bagian cerita, karena hidupnya telah menghitam sehitam arang. Jiwanya memuai atau bisa dikatakan menguap di angkasa, meresap dalam bulir-bulir udara. Mungkin, ini juga awal cerita ia atau memang bukan cerita tentangnya."
Ditulis 6 Agustus 2012
"Mungkin hal itu tak kan lama lagi terjadi, sang pejalan kaki yang berhenti kembali berlari dengan kecepatan tanpa terduga, hingga ia akan hilang dalam sekejap, bahkan lenyap juga dalam ingatan. Baginya tak ada tempat perhentian yang meleburkan keluh kesahnya. Ia kembali menyatu bersama malam yang hitam legam. Memang, sepertinya ia tak pantas untuk menjadi bagian cerita, karena hidupnya telah menghitam sehitam arang. Jiwanya memuai atau bisa dikatakan menguap di angkasa, meresap dalam bulir-bulir udara. Mungkin, ini juga awal cerita ia atau memang bukan cerita tentangnya."
Ditulis 23 November 2016
Post a Comment for "Tulisan Sederhana, Orat-oret Tak Beraturan"
Post a Comment